Skip to main content

TRAVELING: Dear Traveler, Jangan Takut!

Saya banyak sekali mendapati penyataan: "Aku pengen traveling ih, tapi takut lagu musim bom sekarang" atau "Pengen jalan-jalan, tapi serem deh kayaknya" dan bla bla bla....

Sebenarnya, kalau rasa takut sedikit-sedikit ada dihati, namanya juga manusia, perasaan was-was dan lain sebagainya. Tapi, kalau terus-terus takut, kapan beraninya dong?

Ada beberapa pengalaman saya tentang traveling yang berhubungan dengan "rasa takut" dan "was-was", diantaranya:

PENGALAMAN PERTAMA: Kemaren-kemaren heboh banget Zika virus di Singapura, banyak orang Indonesia pada takut ke Singapura karena pemberitaan dan kata "si ini gini" kata "si itu gitu". Malahan ada yang sangat luar biasa, teman saya yang sudah chat saya berkali-kali nanya soal traveling di Singapura, dia mendadak cancel tiket pesawatnya karena takut (wajar sih kalau percaya berita itu). Gini, kalau dari awal udah takut ini takut itu, percaya deh nantinya bakalan sugesti dan takut beneran deh. Padahal ya, saya yang tinggal di negara tersebut, Alhamdulillah adem ayem dan kondisinya gak seheboh yang di beritakan. Memang ada petugas kebersihan dan kesehatan yang cek ke flat kita, tapi gak kayak di pelem-pelem sampai di karantina segala. Percaya enggak percaya, daerah yang saya tinggali adalah daerah yang paling banyak orang terinfeksi virus Zika. Menurut kamu serem enggak? saya sih disini biasa-biasa aja, waspada pasti tapi gak lebay sampai parno gimana-gimana. Lagian, Pemerintah Singapura sangat cepat tanggap jika ada masalah darurat seperti ini. Jika virus Zika sangat membahayakan seluruh umat manusia di dunia ini dan SIngapura sangat parah kondisinya, sudah pasti negara ini akan di isolasi dan pemerintah akan langsung menutup berbagai akses keluar masuk negara ini.
Foto di Flower Dome-Singapura (2017)

Foto di Merlion Park-Singapura (2017)

Foto di Marina Bay Sands (2015)

PENGALAMAN KEDUA: Terus pernah juga, pas mau pergi ke Eropa via Turki karena kita pakai Turkey Airlines. Waktu itu, lagi heboh-hebohnya BOM disana dan banyak yang nakut-nakutin, saya "Jangan kesana, serem". Perasaan khawatir ada, tapi karena saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi atas izin Allah, maka saat saya tetap berangkat. Saya baca Bismillah dan berdoa minta dilancarkan urusan dan perjalanan saya. Alhamdulillah kami (saya, suami, dan adik) selamat sampai Istanbul. Kita dapet tour gratis lagi keliling kota Istanbul, hihi rezeki mah gak kemana yes! Kotanya gak se-horor yang dibayangkan dan diceritakan orang-orang. Malahan saya merasa kurang lama berada di Turki, hehe (memang cuma transit 13 jam doang sih). Nah, logis saja ya, jika memang kondisi tidak memungkinkan/darurat/bahaya pastinya pemerintah Turki pasti langsung menutup bandara Istanbul Ataturk (seperti beberapa saat setelah kejadian bom tempo hari) serta melarang wisatawan masuk, iya kan? Saya yakin dengan pengalaman bom tempo hari, pemerintah Turki pasti akan sangat SIAGA. Jangan takut sama polisi-polisi yang bawa senjata, mereka kayak gitu bukan mau nakut-nakutin kamu, tapi bersiap-siap jika ada tidak beres.
Foto di Istanbul-Turki (2016)

Foto di Istanbul-Turki (2016)

PENGALAMAN KETIGA: Lalu sempat heboh juga diskriminasi wanita berjilbab di Paris karena pemberitaan terorisme, pas kesana, Alhamdulillah orangnya baik-baik malah petugas bandaranya ramah, cantik dan ganteng lagi, hehe. Waktu itu emang masih anget banget tentang BOM di Paris sampai ada hashtag #PrayForParis, inget kan? Sesampainya kita di bandara Charles de Gaulle, orang-orang juga biasa aja, ngantri ya ngantri, ngobrol ya ngobrol, sama aja kayak kita di Indonesia. Malahan ada dua petugas laki-laki di bandara ngajak ngobrol saya dan adik saya, "Mau ngapain ke Prancis" dan bla bla bla. Menurut saya, tidak ada kesan curiga atau benci dimata mereka. Contoh lain, sesampainya di Paris kita langsung naik bus dari Paris ke Clermont Ferrand untuk mengantar adik saya yang kuliah master disana, karena bahasa Prancis kita level basic jadi pas denger native ngomong cuma plenga-plongo doang, lalu ada orang prancis yang bantu kita buat menerjemahkan padahal kita gak minta tapi dia menolong dengan suka rela. Alhamdulillah. 
Foto di Paris-Prancis (2013)

Foto di Paris-Prancis (2016)

PENGALAMAN KEEMPAT: Tahun 2015, saya dan tante saya pergi ke Korea Selatan. Sebelum pergi ada beberapa orang yang menakut-nakuti "Ih kan Korea Utara dan Selatan mau perang". Kenyataannya, teman saya yang tinggal di Seoul adem ayem aja tuh, malah dia tinggal diperbatasan antara Korut dan Korsel. Berita memang terkadang "dilebih-lebihkan" dan berakhir dengan rasa was-was pada wisatawan. Pada saat saya berkunjung ke Korsel, justru pemerintahnya sedang gencar-gencarnya mempromosikan wisata disana. Sampai diskon potongan harga masuk ke arena seperti Everland, Lotte Mart, Korean Folk Village, dll. Alhamdulillah yang namanya rezeki gak bakalan kemana.
Foto di Everland-Korea Selatan (2015)

Foto di Everland-Korea Selatan (2015)

PENGALAMAN KELIMA: Tahun 2013, waktu itu saya dan teman saya pergi ke Ceko dari Jerman untuk berjalan-jalan disana selama 3 hari 2 malam. Pada saat pulang kembali ke Jerman, bis yang kami tumpangi didatangi polisi lalu setiap orang diperiksa minta surat-surat lengkap ID untuk orang Jerman atau orang Eropa dan untuk orang asing diminta visa dan paspor. Ada satu petugas wanita yang melihat saya dengan aneh dan menatap cukup lama, matanya bolak balik lirik wajah saya dan foto di visa. Setelah yakin saya tidak bahaya, petugas tersebut menggembalikan paspor dan visa saya. Alhamdulillah gak diapa-apain, ya meski agak aneh sih dilihatin kayak gitu, tapi wajarlah namanya juga petugas imigrasi yang bertugas diperbatasan, pasti ada aja yang tampangnya agak horor, hehe.
Foto di Praha-Ceko (2013)

Foto di Dresden-Jerman (2013)

PENGALAMAN KEENAM: Tahun 2015, say pergi ke Hong Kong bersama adik dan guru bahasa prancis kami. Beberapa orang ada yang ngomong "ih disana tuh orangnya nyebelin banget". Nyatanya, nyampe penginapan aja disambut baik oleh pemilik penginapan. Bahkan karena gak ada kamar lagi, kita dikasih kamar di dalam flat pemiliknya alias kamar kami itu ada di dalam flat pemilik penginapan. Pemiliknya perempuan sekitar umur 50an, dia yang enggak bisa bahasa Inggris tapi ramah luar biasa dan malah senyum-senyum pengen ngajak kita ngobrol. Meski gak nyambung, dia tetep ngomong Mandarin, kita ngomong Inggris, hehe. Cerita lain, pas kita heboh mau pulang, (hampir ketinggalan pesawat banget alias waktunya super mepet) tiba-tiba ada ibu tua nolongin kita. Kita gak nanya sebetulnya tapi mungkin dia kasian lihat kita kebingungan dipinggir jalan, jadi ibu itu dengan baik hatinya jalan kaki nganterin kita sampai ke halte dan nunjukin nomor bis ke arah bandara Hong Kong. Orang baik itu ada dimana aja dan Allah bisa mempertemukan kita dengan orang baik dimanapun. Alhamdulillah.
Foto di Disneyland-Hong Kong (2015)

Foto di Disneyland-Hong Kong (2015)

Dan ada pengalaman-pengalaman lain yang menurut saya tidak SEHOROR yang diberitakan atau yang diceritakan atau yang kita baca dimedia sosial. Tapi intinya sih, jangan termakan berita yang kurang valid atau jangan menelan bulat-bulat berita yang datang kepada kita. Analisis dulu, cari tahu dulu.

Kalau  mau tanya kondisi suatu negara, coba deh tanya sama orang yang tinggal di negara itu, jangan cuma baca berita Medsos atau dengar desas desus. Contoh, saya pernah tanya sama teman yang tinggal di Prancis (orang Prancis) katanya disana aman dan biasa aja, serta banyak yang kerudungan, dan mereka juga biasa aja sama orang muslim. Lagian negara tujuan wisata seperti Paris-France, Tokyo-Japan, London-England, Rome-Italy, Seoul-South Korea, Amsterdam-Netherland, Singapore, dll, negaranya pasti bakalan rugi kalau banyak orang yang takut datang ke negara mereka. 

Gini deh, coba bandingkan dengan negara kita. Kita pasti masih inget dong kasus BOM di Jakarta tempo hari yang di mall itu. Kita sebagai orang Indonesia berlomba-lomba mengatakan kepada dunia, bahwa kita gak takut atau mengatakan "Indonesia aman-Jakarta aman-Bali aman". Semua itu tujuannya untuk menunjukkan kepada orang lain yang tidak tinggal di Indonesia bahwa Indonesia Aman untuk dikunjungi. Atau misalnya, kamu punya teman bule yang berencana mau datang ke Indonesia tapi tiba-tiba ragu dan memberikan banyak alasan, seperti "takut lah, serem lah, negara kamu banyak terorislah, bla bla bla" meskipun kamu sudah jelas-jelas memberitahu mereka kalau Indonesia tidak seperti yang mereka ceritakan, kira-kira apa tanggapan kamu sama teman bule mu itu? kalau saya pribadi sih mau ngomong "lebay banget sih lo!"

Hal yang perlu kita ingat, kalau traveling itu jangan ngarep semua orang ramah sama kita! Karena tiap orang punya karakter dan sifat berbeda Jadi suatu ketika pastilah kamu ketemu sama orang baik-ramah atau orang yang rada nyebelin. Bukan cuma kalau traveling ke luar negeri tapi juga traveling dalam negeri, pasti ketemu sama kondisi yang kurang enak atau orang yang rehe, yah namanya juga dunia bukan surga, jadi pasti ada yang baik dan jahat.

Udah ah, jangan takut-takut, YOU MUST BE BRAVE!!
Rugi banget jadi orang penakut, ada ini takut ada itu takut. Penakut itu gak bakalan punya pengalaman selain ketakutannya sendiri. Kalau takut terus, kapan dong beraninya? Nunggu sampai dunia ini damai? mau sampai kapan nunggu dunia damai? Inget ini dunia bro, bukan surga. Kalau mau damai ya di surga aja jangan di dunia. Jadi, pesan saya baca Bismillah setiap pergi traveling, minta Allah melindungi kita, mempertemukan kita dengan orang-orang baik, dan menyelamatkan kita saat pergi, selama perjalanan, dan pulang kembali ke rumah. Intinya selalu berdoa ya.


Makasih dan semoga bermanfaat!
@sientasnovel

Comments

Popular posts from this blog

SINGAPORE: Kartu travel anak, gratis untuk usia 7 tahun ke bawah

Seperti kita ketahui, Singapura adalah salah satu negara dengan sistem transportasi yang sangat baik. Semuanya sudah diatur dengan rapi, salah satunya penggunaan kartu travel untuk anak usia 7 tahun ke bawah. Jadi kalau anaknya masih usia 7 tahun ke bawah dengan tinggi 0.90 meter sampai 1.20 meter maka biaya untuk MRT, LRT, dan Bus itu gratis caranya dengan membuat kartu CHILD CONCESSION CARD. Sumber:  https://www.transitlink.com.sg / Misalnya nih lagi mau traveling ke Singapura terus punya anak yang usia lebih dari 7 tahun berapapun tingginya udah bayar ya tinggal beli aja kartu travelnya sama seperti orang dewasa, tapi kalau  punya anak dengan tinggi sekitar 0.90 sampai 1.20 meter tapi usianya masih di bawah 7 tahun maka harus membuat child concession card. Gratis kok gak bayar dan gak perlu top up. Itu kartunya cuma di tap aja sebagai tanda kalau anaknya masih berusia di bawah 7 tahun ke bawah. Gimana cara bikinnya? Gampang kok tinggal dateng ke   TransitLink Ticket Office  yang ada

SINGAPORE: Mau Masuk Singapura? Isi Kartu Embarkasi dulu!

Untuk orang Indonesia, masuk ke Singapura tidak perlu menggunakan Visa karena sesama negara Asia Tenggara itu bebas Visa.  Tapi, saat masuk negara Singa ini, kita perlu mengisi kartu Embarkasi. Biasanya kartu embarkasi diberikan di dalam pesawat oleh pramugari. Tapi kadang-kadang stok habis sehingga harus ngambil langsung di bandara Changi, ngambilnya disini: Gambar 1. Tempat ambil kartu embarkasi, lokasinya di Arrival Immigration Hall Gambar 2. Kartu embarkasi Kartu Embarkasi bentuknya kayak gini: Gambar 3. Kartu Embarkasi bagian depan Gambar 4. Kartu Embarkasi bagian belakang Full Name in Passport = Nama Lengkap sesuai Paspor (harus sama dengan paspor ya) Passport Number = Nomor Paspor (lihat dipaspor masing-masing) Place of Residence = Tempat tinggal (Kamu di Indonesia tinggal dimana) terdiri dari city-state-country. City = kota (kota tempat tinggal, misal Bandung) State = provinsi (misal West Java) Country = negara (misal Indonesia) Flight

MOM'S STORY: Pengalaman pertama mengkhitan bayi

Tanggal  13 Agustus 2018 (tepat umur ci baby 3 bulan) k ami memutuskan untuk mengkhitan bayi kami dengan beberapa pertimbangan dan rekomendasi dokter anak kami— Prof. Dr. Dadang S.H. Efendi. dr., Sp.A.(K) —di rumah sakit Limijati. Sebenarnya bisa dilakukan dirumah sakit Limijati tapi karena dokter bedah anaknya sedang cuti sehingga Prof Dadang merekomendasikan untuk sunat ke  Prof. DR. Dr. Chairul Ismael, SpB.,Sp.BA.(K) yang praktek di Apotek Cihampelas, alamatnya di: Jalan Cihampelas No.41 A, Tamansari,  Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40562 Meski diberi surat rujukan oleh Prof Dadang, saya inisiatif menelepon apotek Cihampelas terlebih dahulu (nomornya 022-4239976), lalu oleh pihak apotek cihampelas saya diberi nomor perawat asisten Prof Chairul. Asistennya kemudian menjelaskan apa saja yang harus saya persiapkan, diantaranya: Kain bedong Botol dot 2pcs diisi ASI Popok/diapers, 1 ukuran dari normal (baby saya ukuran popoknya S, direkomendasikan M. Tapi saya inis