Skip to main content

MOM'S STORY: Panas tinggi hingga 40.4 derajat celcius

Dear Moms,

Ini pengalaman pertama, ci baby demam bukan karena habis vaksin tapi karena infeksi virus. Waktu itu umur ci baby baru menginjak 7 bulan. Suami adalah orang pertama yang ngeh kalau ci baby demam, lalu kita ukur dengan termometer demamnya 39oC. Untungnya ada parasetamol dari dokter jadi langsung dikasih dan ya ampun ada drama muntah dikasih obat hiks.

Besoknya panas makin naik dong sampe 40.4o Celcius, mamak super tegang dan super panik dan super takut karena gak pernah demam sampe setinggi ini. Karena ketakutan saya langsung minta suami pulang kerja lebih cepet sementara saya siap-siap, jadi pas suami dateng kita langsung cuss ke dokter. 

Sebenernya penyebab demam baru bisa diketahui setelah tiga hari tapi karena demamnya nyampe 40, mamak panik dong dan minta ke dokter aja karena paracetamol gak mempan. Setelah pak suami dateng, kita langsung naik taksi ke kinder clinic (Padahal biasanya mah pake bus). Setelah sampe disana karena dokter Cheng (dokter anaknya ci baby) jadi diganti sama dokter lain, tapi ku lupa namanya. Sambil nunggu dipanggil sama perawatnya dikasih ibunprofen dan demamnya langsung surut dong. 
Gambar 1. Pak suami masih pake kemeja sama ci baby yang lagi muyung

Dokternya tanya kronologinya gimana, jadi saya jelasin deh demam pas magrib terus sampe hari dan cuma dikasih paracetamol. Gejalanya cuma demam tinggi tanpa pilek tanpa batuk. Dan memang gak habis vaksin karena vaksin itu bulan kemarin (November) pas umur 6bln. Sedangkan m si baby udah masuk umur 7 bulan. Lalu dokter bilang mungkin infeksi saluran kencing, jadi mengantisipasi infeksi saluran kencing (katanya kalau bayi cowok banyak infeksi saluran kencing) si baby dikasih plastik buat nampung pipisnya sambil kita tungguin pipis. Karena ditungguin di klinik gak pipis-pipis, akhirnya kita pulang deh dan kata dokter nanti dianter aja ke klinik kalau ci baby pipis. 

Gak lama setelah kita pulang dan sampe rumah, ci baby pipis, Owalah. Jadi suami balik lagi kesana abis magrib. Setelah di tes hari itu juga, Alhamdulillah hasilnya negatif. Jadi bukan karena infeksi saluran kencing. Dan malemnya demam tinggi lagi sampe mamak resah ga bisa tidur kasian lihat anak bayi panas sampe tinggi gitu. Dramanya adalah ci baby susah banget dikasih obat dong, tiap dikasih obat pasti muntah, ku jadi sedih sekaligus greget juga. Pokoknya pas ngasih obat banyak drama deh.

Besoknya masih demam, jadi gitu aja demam dikasih obat turun terus demam lagi. Dan kalau tiga hari gak surut harus dibawa lagi ke dokter untuk tes darah. Alamak kasian banget kalau harus sampe tes darah. Huhu. Selama waktu penantian, kita berdua tuh baca-baca artikel ini itu, mencari kemungkinan sakit apa. Mulai dari campak, cacar, demam berdarah, meningitis, semua dibaca satu-satu tapi belum ada kecurigaan kearah sana karena tanda-tandanya beda.

Kemudian mamak baca tentang roseola, semacam campak ringan yang menyerang bayi dibawah 2 tahun. Saya curiga ci bayi kena roseola ini karena suhu tingginya sama kayak penyakit ini. Dan bener aja, setelah tiga hari keluar lah itu ruam-ruam merah disekujur tubuh, ngeliatnya ngeri banget deh tapi gak gatel anaknya cuek aja. Ruamnya kayak gini:
Gambar 2. Ruam kecil-kecil merah menonjol di bagian dada dan perut

Gambar 3. Ruam kecil-kecil merah menonjol di bagian tangan

Nah apa sih bedanya roseola, campak, dan rubella? Ini ada gambar dari ibu pedia:
Gambar 4. Perbedaan Campak, Rubella, dan Roseola

Perbedaan paling dasar adalah tinggi suhu dan ruam. Roseola itu demamnya tinggi banget. Dan ruam muncul setelah demam surut. Kalau campak dan rubella justru ruam muncul saat demam sedang tinggi-tingginya. Oh ya, Ruam roseola gak gatel. Ruam campak dan rubella itu gatel. Ruam muncul di dada, perut, punggung, terus merambat ke muka kaki dan tangan (tapi sedikit). 

Perawatannya gimana? 
Biasanya kok mandi dikasih minyak telon dan talek. Udah. Tapi ruam masih muncul beberapa hari dan hilang tanpa bekas di hari keempat atau kelima setelah demam surut. Oh ya Roseola ini belum ada vaksin, meluar dari anak yang sakit melalui sentuhan, masa inkubasi sekitar 14 hari. Setelah inagt-ingat, kita ketemu anak bayi cewek di Perpus, terus mereka pegang-pegangan gitu, cuma gak tahu pastinya terinfeksi darimana. Alhamdulillah bukan Campak atau Cacar Air karena perawatan lebih susah karena ruamnya gatal. 

Semoga sharing cerita ini bermanfaat ya moms, makasih 

Comments

Popular posts from this blog

SINGAPORE: Kartu travel anak, gratis untuk usia 7 tahun ke bawah

Seperti kita ketahui, Singapura adalah salah satu negara dengan sistem transportasi yang sangat baik. Semuanya sudah diatur dengan rapi, salah satunya penggunaan kartu travel untuk anak usia 7 tahun ke bawah. Jadi kalau anaknya masih usia 7 tahun ke bawah dengan tinggi 0.90 meter sampai 1.20 meter maka biaya untuk MRT, LRT, dan Bus itu gratis caranya dengan membuat kartu CHILD CONCESSION CARD. Sumber:  https://www.transitlink.com.sg / Misalnya nih lagi mau traveling ke Singapura terus punya anak yang usia lebih dari 7 tahun berapapun tingginya udah bayar ya tinggal beli aja kartu travelnya sama seperti orang dewasa, tapi kalau  punya anak dengan tinggi sekitar 0.90 sampai 1.20 meter tapi usianya masih di bawah 7 tahun maka harus membuat child concession card. Gratis kok gak bayar dan gak perlu top up. Itu kartunya cuma di tap aja sebagai tanda kalau anaknya masih berusia di bawah 7 tahun ke bawah. Gimana cara bikinnya? Gampang kok tinggal dateng ke   TransitLink Ticket Office  yang ada

SINGAPORE: Mau Masuk Singapura? Isi Kartu Embarkasi dulu!

Untuk orang Indonesia, masuk ke Singapura tidak perlu menggunakan Visa karena sesama negara Asia Tenggara itu bebas Visa.  Tapi, saat masuk negara Singa ini, kita perlu mengisi kartu Embarkasi. Biasanya kartu embarkasi diberikan di dalam pesawat oleh pramugari. Tapi kadang-kadang stok habis sehingga harus ngambil langsung di bandara Changi, ngambilnya disini: Gambar 1. Tempat ambil kartu embarkasi, lokasinya di Arrival Immigration Hall Gambar 2. Kartu embarkasi Kartu Embarkasi bentuknya kayak gini: Gambar 3. Kartu Embarkasi bagian depan Gambar 4. Kartu Embarkasi bagian belakang Full Name in Passport = Nama Lengkap sesuai Paspor (harus sama dengan paspor ya) Passport Number = Nomor Paspor (lihat dipaspor masing-masing) Place of Residence = Tempat tinggal (Kamu di Indonesia tinggal dimana) terdiri dari city-state-country. City = kota (kota tempat tinggal, misal Bandung) State = provinsi (misal West Java) Country = negara (misal Indonesia) Flight

MOM'S STORY: Pengalaman pertama mengkhitan bayi

Tanggal  13 Agustus 2018 (tepat umur ci baby 3 bulan) k ami memutuskan untuk mengkhitan bayi kami dengan beberapa pertimbangan dan rekomendasi dokter anak kami— Prof. Dr. Dadang S.H. Efendi. dr., Sp.A.(K) —di rumah sakit Limijati. Sebenarnya bisa dilakukan dirumah sakit Limijati tapi karena dokter bedah anaknya sedang cuti sehingga Prof Dadang merekomendasikan untuk sunat ke  Prof. DR. Dr. Chairul Ismael, SpB.,Sp.BA.(K) yang praktek di Apotek Cihampelas, alamatnya di: Jalan Cihampelas No.41 A, Tamansari,  Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40562 Meski diberi surat rujukan oleh Prof Dadang, saya inisiatif menelepon apotek Cihampelas terlebih dahulu (nomornya 022-4239976), lalu oleh pihak apotek cihampelas saya diberi nomor perawat asisten Prof Chairul. Asistennya kemudian menjelaskan apa saja yang harus saya persiapkan, diantaranya: Kain bedong Botol dot 2pcs diisi ASI Popok/diapers, 1 ukuran dari normal (baby saya ukuran popoknya S, direkomendasikan M. Tapi saya inis